Bupati Serang Ajak Semua Elemen Turunkan Angka Kematian Ibu dan Balita

By Redaksi / 27/04/2022
IMG_20220428_034732

SERANG|Bupati Serang Ratu Tatu Chasanah mengajak semua elemen untuk bersama-sama menurunkan angka kematian ibu (AKI) baru melahirkan dan angka kematian bayi (AKI) baru lahir lantaran di Kabupaten Serang masih terbilang tinggi.

Ajakan tersebut usai Tatu membuka Workshop Lintas Sektor Penggalangan Komitmen Lintas Stakeholder Gerakan Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir, dan Soft-Launching Program MPHD Indonesia di Hotel Forbis Kecamatan Waringin Kurung pada Selasa, 26 April 2022.

“Memang di Kabupaten Serang dari data itu cukup tinggi. Jadi, seperti saya sampaikan ini perlu kerja bersama tidak hanya menjadi tugas dinas kesehatan atau dinas KB tetapi semua fasilitas kesehatan milik pemda dan milik swasta. Peran di tengah masyarakat ini yang harus kita optimalkan. Kaya tadi, peran tokoh agama, tokoh masyarakat dan kader kesehatan,” ujar Tatu.

“Kalau kader di bawah dinkes, akan tetapi kalau tokoh masyarakat ini misalkan ada yang hamil kita harus reflek, ibu udah periksa belum? Nah itu harus jadi perhatian dari semua orang sekitarnya terhadap orang yang hamil, jadi bukan tugas dari keluarganya saja,” katanya.

Menurut Tatu pertanyaan tersebut akan membuat ibu hamil akan berfikir. “Oh iya saya harus periksa. Jangan hanya kader, tenaga kesehatan, tapi semua nanya, karena kita harus sayang ke mereka, karena kondisi mereka kan kondisi yang harus benar-benar kita jaga,” tambah Tatu.

Tatu berharap, dengan dilaksanakannya program Gerakan Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir bisa berdampak positif untuk di Kabupaten Serang.

“Mudah-mudahan dengan program ini yang di sinergikan dengan seluruh stakeholder, bisa menurunkan cukup signifikan baik kematian ibu yang melahirkan dan bayi yang baru lahir,” ungkapnya.

Tatu mengatakan, program tersebut dibawah penanggung jawab Dinas Kesehatan (Dinkes) dan Dinas Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DKBP3A) Kabupaten Serang yang mendapatkan program dari Pemerintah Pusat, USAID (United States Agency for International Development) bersama Kementrian Kesehatan (Kemenkes) program menurunkan tingkat kematian ibu dan bayi baru lahir.

“Karena intinya ibu hamil ini harus kita perhatikan oleh semuanya, karena berdasarkan catatan di Kabupaten Serang ini kalau kita lihat dari sisi data-data yang tadi dipaparkan ibu hamil ini, dari tingkat pemahaman tentang kesehatan masih rendah,” katanya.

Oleh karenanya, dengan masih tingginya AKB dan AKI baru lahir didominasi berdasarkan data yang ada dengan rata-rata mengidap penyakit tidak menular meliputi jantung dan hipertensi.

“Ini kan dari pola hidup yang sudah lama sebelum dia hamil, dari pola hidup. Banyak sekarang yang tadinya tidak hipertensi, kemudian pas hamil muncul hipertensi kan itu bahaya, kemudian pendarahan, dan itu berkaitan dengan gizi,” papar Tatu.

Adapun untuk data dari Dinkes atas AKI baru melahirkan dan AKI baru lahir selama 3 tahun terakhir pada Tahun 2019 ibu meninggal sebanyak 66 orang, dan 275 bayi. Sedangkan tahun 2020, ibu meninggal 64 orang dan 260 bayi.

“Kemudian Tahun 2021 naik ini menjadi 77 orang ibu meninggal dan 209 bayi, ini kan termasuk tinggi,” urai Tatu.

Turut hadir Perwakilan USAID, perwakilan Dinkes Provinsi Banten, Asda I Bidang Administrasi Pemerintahan dan Kesra Nanang Supriatna, Kepala Bappeda Rachmat Maulana, Kepala Dinkes Agus Sukmayadi, Direktur RSDP Rahmat Setiadi, Kepala DKBP3A Tarkul Wasyit, dan Kepala Diskominfosatik Anas Dwisatya Prasadya.

Kepala Dinkes Kabupaten Serang Agus Sukmayadi mengatakan, guna menekan AKI dan ABK idealnya kalau melihat jumlah 1,6 juta jiwa rasio terhadap pelayanan kesehatan itu 30 sampai 40 ribu jiwa penduduk maka diperlukan sekitar 40 sampai 50 Puskesmas.

“Kenapa demikian, karena memang peran dari Puskesmas sebagai fasilitas kesehatan milik pemerintah yang punya kewilayahan yang perannya cukup signifikan,” ujarnya.

Adapun tingginya AKI dan AKB akibat 4 faktor, keterlambatan salah satunya (terlambat rujuk), terlalu muda saat melahirkan, terlalu tua saat melahirkan atau terlalu banyak anak itu menjadi salah satu penyebabnya. Penyebab utama terjadi pendarahan pada saat melahirkan Karena kurangnya gizi dari ibu hamil.

“Kemudian kondisi kesehatan pada umumnya untuk ibu hamil 3 bulan pertama harus kontak dengan tenaga kesehatan yaitu bidan di puskesmas, sehingga di periksa data lengkap kondisi kesehatannya. Kemudian 9 bulan minimal kontak 4 kali dengan tenaga kesehatan, jadi pada saat akan melahirkan kita siapkan tempat pelayanan dan lainnya,” ungkap Agus.(Red/KKS)

Redaksi

Related posts

Newsletter

Dapatkan notifikasi beita terbaru.

ban11

Recent News