Jakarta | Di tengah hiruk-pikuk perdebatan soal royalti musik yang kembali panas, pentolan Dewa 19, Ahmad Dhani, melontarkan manuver yang mengejutkan namun penuh gaya: menggratiskan pemakaian lagu-lagu Dewa 19 bagi kafe dan restoran di seluruh Indonesia.
Langkah ini ia umumkan secara langsung lewat akun Instagram pribadinya, Rabu (6/8), yang sontak menyulut respons heboh dari para pelaku industri kreatif dan netizen pecinta musik.
“Restoran yang punya banyak cabang dan ingin nge-play lagu Dewa 19 (Dewa 19 feat. Virzha-Ello), Ahmad Dhani sebagai pemilik master kasi gratis kepada yang berminat,” tulisnya dalam unggahan tersebut. “Yang berminat, DM.”
Dengan pernyataan singkat itu, Dhani yang dikenal tak pernah setengah-setengah dalam bersikap seakan menempatkan dirinya sebagai jembatan antara musisi dan pelaku usaha yang selama ini dibebani kewajiban membayar royalti atas pemutaran lagu di tempat usaha mereka.
Di Antara Royalti dan Revolusi
Langkah Dhani kontras dengan pernyataan sejumlah musisi lain yang mendukung penegakan pembayaran royalti sesuai dengan regulasi. Salah satu nama yang disebut-sebut oleh netizen adalah vokalis GIGI, Armand Maulana, yang sebelumnya meminta publik memahami pentingnya royalti bagi keberlangsungan hidup para pencipta lagu.
Kini, publik menyaksikan dua kutub yang berbeda: satu memperjuangkan royalti sebagai hak, satu lagi memilih merelakan demi kemudahan akses dan penyebaran karya.
Namun ini bukan semata-mata soal idealisme. Ahmad Dhani memiliki hak penuh atas master rekaman Dewa 19 dan inilah poin yang membedakannya. Ia tidak sedang menyerahkan hak cipta, melainkan membuka akses kepada pemilik usaha untuk menikmati lagu-lagu hits Dewa 19 secara legal dan tanpa biaya, langsung dari tangan penciptanya.
Panggung Baru Musik di Ruang Publik
Dhani memang bukan tokoh baru dalam kontroversi maupun inovasi. Dari era “Kangen”, “Separuh Nafas”, hingga “Pupus”, Dewa 19 adalah band yang tak pernah benar-benar padam. Dengan menggratiskan lagu-lagunya untuk tempat usaha, ia seolah memberikan “panggung baru” bagi karya-karyanya bukan di arena konser atau radio, tapi di ruang-ruang publik yang lebih dekat ke telinga generasi masa kini: kafe, restoran, bahkan mungkin coworking space.
Dan tentu saja, tidak sedikit yang melihat ini sebagai langkah strategis. Dalam era digital di mana pendengar muda lebih mengenal lagu dari playlist random dan ambience cafe, keputusan ini bisa jadi langkah branding ulang—menancapkan kembali eksistensi Dewa 19 sebagai soundtrack kehidupan urban.
Baku Hantam Narasi Musik Tanah Air
Keputusan ini juga membuka kembali diskursus besar: siapa yang seharusnya bertanggung jawab atas royalti? Apakah musik memang harus selalu dibayar ketika dinikmati secara komersial? Atau bisakah musik menjadi alat diplomasi sosial antara seniman dan masyarakat?
Ahmad Dhani mungkin tidak menjawabnya secara langsung. Tapi satu hal pasti: ia memilih jalannya sendiri. Dan seperti biasa, jalan itu tidak sunyi dari kontroversi tapi juga tidak jauh dari tepuk tangan.
Kalau kamu punya kafe dan ingin muter lagu “Cinta ‘Kan Membawamu Kembali”, mungkin sudah saatnya DM Mas Dhani.
Oleh: Redaksi Portal Banten







