Serang, Portal Banten|Dalam sebuah langkah yang bisa masuk kurikulum “Etika Lanjutan untuk Guru Nakal”, Pemerintah Provinsi Banten memutuskan untuk menonaktifkan tiga guru di SMAN 4 Kota Serang. Langkah ini dianggap sebagai pelajaran cepat tanggap agar semua guru paham: teladan itu bukan sekadar kata di rapat dinas.
Sekretaris Daerah (Sekda) Banten, Deden Apriandhi, dalam pidatonya yang lebih tegas dari pengumuman ujian nasional, menegaskan bahwa penonaktifan mulai berlaku sejak Rabu, (23 Juli 2025).
“Guru itu panutan, bukan panut-panutan,” ujar Deden sambil memegang map rapat yang belum tentu dibaca isinya.
Tim investigasi gabungan dari Inspektorat, BKD, dan Dinas Pendidikan langsung dibentuk. Mereka dijadwalkan menyelidiki dengan semangat tinggi setidaknya sampai perhatian publik pindah ke isu lainnya.
“Kami ingin cepat, tepat, dan tak terlalu ribet,” kata salah satu anggota tim yang namanya disamarkan, karena dia juga masih mencari tahu sebenarnya apa yang terjadi.
Sementara itu, masyarakat diajak melapor bila melihat ada kejanggalan di sekolah, termasuk guru yang terlalu sering update status saat jam pelajaran.
“Laporan bisa disampaikan lewat jalur resmi, atau lewat bisik-bisik ibu-ibu grup WA wali murid. Yang penting ramai dulu,” ujar Deden.
Dalam pengumuman penutupnya, Deden juga mengingatkan para tenaga pendidik agar tetap berpegang pada nilai-nilai luhur profesi.
“Kami ingin menciptakan sekolah yang bersih, sehat, dan jauh dari drama,” katanya tanpa menjelaskan apakah yang dimaksud sekolah atau sinetron pagi hari.
Dengan semangat baru ini, Pemprov Banten berharap tak hanya mendidik siswa, tapi juga menyadarkan guru bahwa integritas itu bukan hanya tema lomba pidato.
Editor: Dodi Surya Pratama
