Bendahara Tersangka, Anggaran DD Sinarmukti Tahap Dua Tak Kunjung Cair

By Redaksi / 10/09/2025
IMG_20250910_164641

Kab. Serang | Kepala Desa Sinarmukti, Kecamatan Baros, Darso, terlihat gusar ketika dua wartawan menyambanginya di kantor desa. Alih-alih menyuguhkan kopi, sang kades langsung menegaskan bahwa dirinya sedang “failed” lantaran dana desa tahap kedua tak kunjung cair.

“Desa saya lagi vailid, belum cair tahap dua,” kata Darso, seperti sedang memasang papan pengumuman darurat, Selasa (10/9).

Padahal, pada tahap pertama desa sudah menyalurkan Rp429.732.000 dari total pagu Rp916.497.000. Sisanya masih menggantung, tak berwujud, seperti janji-janji pembangunan desa.

Kepala desa itu tak sungkan menunjuk biang kerok. Menurutnya, dana tersendat karena bendahara desa, Asep Mulyana, terjerat kasus korupsi.

Kejaksaan Negeri Serang sudah menetapkan Asep sebagai tersangka dalam proyek jalan usaha tani (JUT) tahun anggaran 2022.

Modusnya klasik, menggandakan kegiatan dengan dua sumber dana berbeda dana desa dan dana kementerian. Hasilnya? Jalan usaha tani ala copy paste.

Ketika ditanya soal deretan program peningkatan produksi peternakan yang tiap tahun berulang dengan angka berbeda Rp. 85 juta, Rp. 116 juta, Rp. 71 juta, Rp. 57 juta, hingga Rp. 66 juta sang kades hanya bergeming.

Jawabannya singkat, “Ketapang 2024, itu yang lagi masalah karena bendahara.”

Namun, Darso buru-buru menambahkan rencananya untuk tahun 2025. Jika dana tahap dua cair, anggarannya akan digiring ke program Ketapang berupa pemberdayaan kambing.

“Ya, nanti kita fokus ke kambing,” ujarnya. Entah kambingnya untuk peternakan, atau sekadar kambing hitam dari anggaran yang belum jelas arahnya.

Situasi makin janggal ketika kedatangan wartawan dianggap semacam kode permintaan “amplop.”

“maaf ini kalau hanya datang silaturahim sih tidak masalah tapi kalau untuk bensin atau apa saya tidak bisa ngasih apa-apa,” ujar Darso, setengah bercanda, setengah resah. Lalu pergi meninggalkan obrolan dengan tamu dengan alasan sedang memperbaiki saluran air dirumah yang mampet seperti kucuran dana desanya yang tak kunjung cair.

Dengan dalih “failed”, kepala desa seakan ingin cuci tangan dari realita, anggaran macet, bendahara tersangkut, program berulang, dan kambing yang masih sebatas rencana. Pertanyaannya, siapa sebenarnya yang sedang benar-benar failed?

 

Laporan: Teja Sanjaya, Tati Sagita | Editor: Dodi Surya Pratama  | Edisi: Investigasi 

Redaksi

Related posts

Newsletter

Dapatkan notifikasi beita terbaru.

ban11

Recent News