Oleh: Lusi Farhanah
Indonesia menganut sistem demokrasi, sebagai sistem pemerintahan yang membanggakan partisipasi rakyat dalam pengambilan keputusan, telah menjadi fondasi utama. Namun, ada cerita yang lebih rumit dibalik katakata yang indah ini, terutama terkait bagaimana kekuasaan politik muncul.
Sebagai mahasiswa, kita harus mengingat fakta bahwa kekuasaan politik dapat merusak deokrasi.
1. Korupsi sebagai bumerang demokrasi seringkali sebagai mahasiswa, kami menjadi saksi bisu atas praktik pelanggran yang merajalela dikoridor kekuasaan politik.
Korupsi berubah menjadi racun yang menghancurkan demokrasi, mengubah representasi menjadi alat untuk memperkaya diri sendiri daripada melayani kepentingan umum.
Dalam memahami dinamika ini, mahasiswa merasa perlu untuk menumbuhkan kepedulian dan memerangi korupsi sebagai tindakan.
2. Pengaruh uang dalam proses politik, saya sangat memperhatikan pengaruhnya yang signifikan terhadap proses politik. Dana kampanye seringkali memainkan peran penting dalam proses pemilihan, menyebabkan ketidaksetaraan dalam akses ke dunia politik.
Mereka yang memiliki kekayaan memiliki potensi untuk merusak proses demokratis, sementara suara masyarakat umum sering terjebak dalam kebisingan uang.
3. Ketidakadilan dalam representasi politik yang adil seharusnya menjadi dasar demokrasi. Namun, seringkali diabaikan bahwa beberapa sistem pemilihan tidak selalu mencerminkan keinginan umum.
Kadang-kadang, hasil pemilihan tidak mencerminkan suara mayoritas, dan ada distorsi dalam perwakilan. Sebagai mahasiswa, saya melihat ini sebagai pengkhianatan terhadap dasar demokrasi.
4. Manipulasi opini publik melalui media massa, sebagai penting dari demokrasi yang efektif, harus berfungsi sebagai sumber informasi yang objektif dan bertanggung jawab.
Sangat disayangkan bahwa media sering digunakan untuk menceritakan kisah yang menguntungkan kelompok politik tertentu, yang mengakibatkan manipulasi opini publik yang dapat mengancam stabilitas demokrasi.
5. Aktivisme mahasiswa sebagai tanda kritis terhadap demokrasi yang diracuni: Meskipun demokrasi seringkali dianggap sebagai agen perubahan yang kritis, aktivisme mahasiswa semakin meningkat sebagai ekspresi keinginan untuk melihat perubahan positif dalam sistem politik.
Sebagai mahasiswa, kami mengingatkan masyarakat akan prinsip-prinsip demokrasi yang benar dan menuntut para pemimpin untuk bertanggung jawab.
Sebagai mahasiswa, kita harus menunjukkan bahwa kita adalah kekuatan positif yang dapat membawa perubahan dalam menghadapi tantangan demokrasi yang diracuni oleh kekuatan politik.
Kita dapat berkontribusi besar untuk membersihkan racun yang mengancam inti demokrasi sejati jika kita menggunakan pengetahuan, kesadaran, dan tindakan. Dengan kepemimpinan mahasiswa, harapan untuk demokrasi yang lebih kuat dan adil masih hidup, meskipun kadang-kadang menjadi kabur.
Penulis adalah Mahasiswi Semester Satu Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa