Oleh: Teja Sanjaya.
Kesadaran akan pentingnya penguasaan keterampilan dalam berbagai bidang kehidupan tidak bisa diabaikan. Dua profesi yang terlihat berbeda, yaitu pendekar silat dan wartawan, sebenarnya memiliki kesamaan yang mendalam dalam hal dedikasi dan etika.
Pada dasarnya, seorang pendekar silat harus terus berlatih keras untuk mengasah kemampuannya, sama halnya dengan wartawan yang perlu terus meningkatkan kemampuan menulisnya. Hal ini tidak hanya penting untuk pengembangan diri, tetapi juga dalam menjaga integritas profesi mereka masing-masing.
Pelatihan yang dilakukan oleh seorang pendekar silat mencerminkan tekad dan komitmen yang tinggi. Proses latihan yang terus-menerus memungkinkan mereka untuk menguasai teknik dan strategi yang diperlukan dalam bela diri.
Namun, penting untuk diingat bahwa ilmu silat seharusnya bukan digunakan untuk melukai orang lain. Sebaliknya, ilmu tersebut harus dimanfaatkan untuk melindungi diri dan orang di sekitar dari ancaman. Pendekar yang sejati tidak hanya memiliki kekuatan fisik, tetapi juga memiliki kontrol diri dan rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap tindakan mereka.
Begitu pula dengan wartawan. Dunia jurnalistik menuntut profesionalisme serta kepekaan sosial yang kuat. Seorang wartawan harus mampu menulis dengan baik dan menyajikan informasi yang akurat serta berimbang. Di sinilah pentingnya untuk menjauhkan diri dari kecenderungan untuk menulis secara tendensius atau merugikan orang lain.
Wartawan diharapkan dapat menjadi suara masyarakat, yang tidak hanya memberitakan fakta, tetapi juga memberikan pencerahan kepada publik. Dengan cara ini, baik lawan maupun kawan dapat menghargai karya jurnalistik tanpa merasakan sakit hati atau tersakiti.
Kedua profesi ini juga mengandung nilai introspeksi yang penting. Sebelum seorang pendekar menantang orang lain, dia harus terlebih dahulu memahami kemampuannya sendiri dan mengenali batasan yang dimilikinya.
Ini juga berlaku bagi wartawan; sebelum meneruskan informasi atau menulis berita, mereka harus merefleksikan diri dan mempertimbangkan dampak dari tulisan mereka. Jurnalisme yang baik adalah tentang melindungi kebenaran dan membawa manfaat kepada masyarakat, bukan untuk menyudutkan orang lain.
Dengan demikian, baik pendekar silat maupun wartawan memiliki tanggung jawab yang besar terhadap masyarakat. Mereka harus terus berlatih dan mengasah keterampilan mereka, bukan hanya untuk kepentingan pribadi, tetapi juga untuk memberikan manfaat kepada orang lain.
Membangun hubungan yang baik dengan semua pihak, baik yang sejalan maupun yang berbeda pendapat, sangat penting dalam kedua profesi ini. Melalui latihan yang konsisten dan etika yang kuat, pendekar silat dan wartawan dapat menjadi teladan dalam masyarakat, merangkul prinsip integritas dan empati dalam setiap langkah yang mereka ambil. (***)