Mandalawangi | Dari kejauhan, rumah kayu berukuran 5 x 8 meter itu tampak ringkih. Dindingnya miring, papan banyak yang lapuk, dan atap bocor di sana-sini. Begitu didekati, kesan rapuh kian terasa, setiap pijakan di lantai seolah mengeluarkan keluhan, menunggu waktu untuk ambruk.
Di rumah itulah Doni Romdoni (43), guru honorer asal Kampung Cilambungan, Desa Mandalawangi, Kecamatan Mandalawangi, bertahan hidup bersama keluarganya. Ironis, setelah dua dekade mengabdi di dunia pendidikan, tempat tinggalnya justru tak layak untuk dihuni.
“Kalau hujan deras atau angin kencang, saya dan keluarga pindah ke rumah mertua. Takut rubuh,” kata Doni, Senin (8/9/ 2025).
Kerusakan rumah itu sudah terlihat sejak 2020. Dua tahun berselang, sebagian besar bangunannya roboh, menyisakan satu sekat kecil yang masih bisa dipakai berteduh. Bagian lain sudah tak mungkin ditempati.
Meski begitu, Doni tak pernah meninggalkan profesinya. Gaji pas-pasan sebagai guru honorer di sekolah swasta tak membuatnya berhenti mengajar.
Bahkan, ia dulu masih menyempatkan diri membimbing anak-anak kampung membaca Al-Qur’an. Sayangnya, kegiatan itu kini berhenti karena rumahnya tak lagi layak dijadikan tempat belajar.
Hingga kini, bantuan tak kunjung datang. Doni hanya bisa berharap ada perhatian dari pemerintah maupun masyarakat.
“Kalau rumah ini bisa diperbaiki, anak-anak kampung bisa kembali belajar mengaji di sini,” ujarnya.
Prihatin dengan kondisi itu, Kepala Desa Mandalawangi, Azis Sahril, berjanji akan mengusulkan bantuan melalui perubahan anggaran desa.
“Kami akan perjuangkan supaya rumah Pak Doni segera diperbaiki,” kata Azis.
Tetangga Doni, Asep (39), ikut menyuarakan keprihatinannya. Menurutnya, sosok Doni dikenal sabar dan selalu siap membantu warga meski hidupnya serba kekurangan.
“Pak Doni itu orangnya baik. Anak-anak di kampung sini banyak yang bisa baca Qur’an karena dia. Miris lihat rumahnya hampir ambruk, padahal dia sudah lama mengabdi,” ucap Asep.
Di tengah keterbatasan, Doni memilih tetap setia pada profesinya. Rumah reyot yang hampir roboh kini menjadi saksi bisu keteguhan seorang guru honorer, yang berharap pengabdian panjangnya tak akan berakhir dengan kegetiran.
Laporan: Silvi | Editor: Dodi Surya Pratama