Jakarta | Sebelum jadi salah satu band pop terbesar yang menguasai chart dan hati pendengar lewat lagu-lagu melankolis seperti “Buka Hatimu” atau “Mau Dibawa ke Mana”, Armada ternyata punya kisah awal yang tak banyak diketahui publik: mereka dulu bernama Kertas.
Dalam sebuah obrolan santai di kanal YouTube Kuy Entertainment yang dipandu Hesti Purwadinata, dua punggawa Armada, Rizal (vokal) dan Mai Joesman (gitar), membongkar masa lalu mereka yang penuh liku. Band ini awalnya muncul ke permukaan lewat lagu “Kekasih Tak Dianggap”, yang kemudian lebih dikenal publik saat direcycle oleh Pingkan Mambo.
“2005 itu kan namanya Kertas yang lagunya ‘Kekasih Tak Dianggap’. Jadi Pingkan Mambo itu recycle lagunya Kertas,” kenang Mai, yang seolah mengingat lembaran awal sebuah buku besar berjudul Armada.
Rizal, sang vokalis dengan karakter suara khas, mengaku tak kaget kalau banyak orang masih belum ngeh soal masa lalu mereka. “Kamu enggak heran kok banyak yang enggak tahu,” selorohnya.
Transformasi dari Kertas ke Armada bukan sekadar ganti nama ini juga momen redefinisi musikal dan identitas. Band ini resmi mengusung nama Armada sejak 24 Mei 2007. Meski formasi awalnya masih solid, perubahan personel mulai terjadi setahun kemudian. “(Tahun) 2008 ada satu gitaris kami cabut, ganti,” ujar Rizal.
Album debut Balas Dendam dirilis pada 2008. Walau tidak langsung meledak, singel “Gagal Bercinta” mulai membuka pintu radio dan panggung TV nasional. Tapi titik ledak besar datang lewat “Buka Hatimu” dan “Mau Dibawa ke Mana” lagu-lagu yang bukan cuma jadi hits, tapi juga jadi pengiring patah hati berjamaah di seluruh penjuru negeri.
Kini, Armada beranggotakan tiga personel inti: Rizal, Mai, dan Andit (drum). Mereka tetap konsisten di jalur pop dengan aroma melankolia, yang jadi senjata utama mereka sejak era Kertas.
Dari sekadar lembaran kertas, kini mereka telah menjelma jadi armada besar yang tak bisa diabaikan di peta musik Indonesia.
Oleh Redaksi Portal Banten